Rabu, Juni 26, 2013

Artis Jadi Pejabat dan Gagalnya Kaderisasi Parpol


Saat ini, Partai Politik (parpol) mulai memilah dan memilih siapa yang akan dimasukan ke daftar Calon Anggota Legislatif (Caleg). Konflik yang melanda Partai Demokrat itu dan “tunduknya” DPD dan DPC pada Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat (PD) juga tak lepas dari kepentingan tersebut.
Yang menarik adalah banyak artis yang putar haluan untuk menjadi politikus. Entah karena artis itu yang berminat atau parpol  merasa membutuhkan karena kemampuan artis menarik simpati massa.  
Readmore »»

Menyoal Kualitas Legislator

Tidak ada sorotan paling tajam yang ditujukan pada anggota dewan saat ini kecuali akibat disahkannya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Dari sikap anggota dewan itu, masyarakat layak untuk menilai bagaimana kualitas anggota dewan kita. Lebih tepatnya, bagaimana kualitas calon legislator menjelang Pemilu 2014. Ini penting dilakukan agar kekecewaan masyarakat tidak mengalami eskalasi.
Artikel ini bukan soal mendukung dan tidak mendukung kenaikan harga BBM. Sebab, menolak dan mendukung kenaikan BBM sudah dipolitisi elit politik tertentu, khususnya anggota dewan denga bendera Partai Politik(Parpol)-nya. Mereka menolak atau mendukung karena ada kepentingan pragmatis dibaliknya, bukan soal membela atau tidak membela kepentingan rakyat.
Readmore »»

Senin, Juni 24, 2013

Menguatnya Pragmatisme Elite Politik


Saat ini, banyak partai politik (parpol) yang sudah sibuk untuk membuat Daftar Calon Sementara (DCS) anggota legislatif. Seperrti biasanya, banyak cara dilakukan entah dengan merekrut artis, meminang calon politisi yang mapan secara ekonomis sampai mengangkat anggota keluarganya sendiri. Itu semua dilakukan untuk memenangkan kompetisi politik lima tahunan tersebut.
Bahkan, ada juga politisi “kutu loncat” yang berpindah dari satu parpol ke parpol yang lain. Itu semua dilakukan untuk meraih kekuasaan, seperti halnya tujuan parpol itu sendiri. Karenanya, yang penting lolos atau menang menjadi tujuan utama, tak jarang berbagai macam cara pun dilakukan. Namanya saja kegiatan politik yang berorientasi pada kekuasaan.
Readmore »»

Kerusuhan Suporter Sebagai Katarsis Sosial

Ada ungkapan yang nyaris diyakini kebenarannya, “Tak ada sepakbola Indonesia tanpa kerusuhan”. Sejak dahulu hingga kini, baku hantam antar pemain, pemain dengan wasit, pemain dengan suporter atau antar suporter seolah sudah menjadi jamak. Setelah kerusuhan antara Bonex dengan Arema, beberapa waktu lalu baku hantam melanda  Derby Yogya antara suporter PSIM dengan PSS Sleman.
Ketika ada kerusuhan, biasanya yang disalahkan melulu hanya suporter, panitia pelaksana, atau kurangnya sportivitas pada diri para pemain. Lalu, komisi disiplin menjatuhkan sanksi tertentu yang tidak lepas dari subjektivitasnya. Jadilah, kerusuhan dan penyelesaiaanya hanya berkutat pada lembaga atau badan yang berkait erat dengan sepak bola tersebut.
Readmore »»

Gagalnya Kudeta dan Soal Komunikasi Politik

Isu kudeta yang bergulir cepat sebagaimana dikatakan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memang tidak terjadi, tetapi dampak dari pernyataan presiden itu layak untuk didiskusikan lebih lanjut.  Ini penting dilakukan agar masyarakat tahu kenyataan sesungguhnya kenapa presiden  membuat pernyataan seperti itu.
Ada yang mengatakan, pernyataan presiden bahwa tanggal 25 Maret 2013 akan terjadi penggulingan dirinya berlebihan. Sementara, pernyataan itu membuat aparat keamanaan siaga satu di bebagai tempat, terutama di Jakarta. Demonstrasi besar-besaran yang diduga akan dilakukan, ternyata tidak terjadi.
Ada banyak pendapat yang bermunculan soal gagalnya kudeta tersebut. Misalnya, itu hanya  kecemasan presiden menanggapi konstelasi atau propaganda politik menjelang Pemilu.   Karena presiden itu jabatan politik, pernyataan yang diungkapkan juga  harus ditanggapi dalam bingkai komunikasi politik.
Readmore »»

Twitter

Followers

Statistik

Adakah nama Anda di sini?


 

Google Analytics