Dalam kurun waktu lama,
masyarakat kita telah dibuai dengan opini publik (public opinion). Artinya, kecenderungan perilaku, kepercayaan atas
sebuah kejadian sampai “penghakiman” atas peristiwa didasarkan pada opini
publik. Dengan contoh yang lebih konkrit bisa dikatakan begini, masyarakat kita
percaya bahwa Anas Urbaningrum benar-benar sebagai tersangka atau tidak atas
kasus Hambalang tergantung dari opini yang berkembang. Ibas ”dihakimi” diduga
menerima uang 200 ribu dollar AS juga tak jauh berbeda.
Opini publik itulah
yang kemudian dipercaya elite politik untuk ikut memainkan peran di dalamnya.
Karena kepercayaan masyarakat pada opini publik begitu besarnya, maka opini
publik perlu dimainkan. Semakin lihai mereka bermain akan semakin mendapat
dukungan masyarakat. Dari sini, para elite politik yang sedang punya kasus itu
bisa mengalihkan, membuat opini tandingan atau memperkuat kecenderungan yang
sudah muncul.
Dengan demikian, masyarakat
yang tidak tahu apa-apa kejadian yang sebenarnya akhirnya ikut-ikutan mendukung
atau tidak mendukung. Itu semua karena opini publik. Lihat saja
komentar-komentar yang beredar di media sosial atau komentar di bawah berita
online.
Bisa dikatakan bahwa
opini publik telah menjadi the fifth estate (kekuatan kelima). Empat
kekuatan dunia ada pada eksekutif, legislatif, yudikatif dan pers. Nah, opini publik melengkapinya sebagai
kekuatan kelima.
Selective
Perception
Dalam opini publik,
masyarakat seringkali tidak bisa memberikan penilaian secara wajar. Semua penilaian
sudah bermuatan kepentingan. Artinya, masyarakat menilai sebuah kasus sangat
tergantung pada kecenderungan dirinya dan berita apa yang memengaruhinya
Mengapa ini bisa
terjadi? Dalam studi komunikasi massa ada istilah yang disebut selective perception. Selective perception berarti seorang
individu secara sadar akan mencari media yang bisa mendorong kenderungan
dirinya. Kecenderungan dirinya ini bisa pendapat, sikap atau keyakinan. Dalam
posisi ini individu aktif mencari informasi yang bisa memperkuat keyakinannya.
Jika seseorang suka
pada partai X, ia akan berkecenderungan mencari informasi yang berkaitan dengan
partai X tersebut. Jarang ia akan mencari informasi selain partai X, kalaupun
ada mungkin punya kepentingan lain di baliknya.
Jika ini dikaitkan
dengan politik, masyarakat akan mencari informasi-informasi yang berkaitan
dengan pembelaan Anas Urbaningrum, jika ia pengikutnya. Tetapi, yang tidak suka
sama Anas akan mencari informasi yang menyudutkan Anas. Kasus Luthfi Hasan
Ishaq (LHI) juga tidak jauh berbeda.
Kader PKS akan mencari informasi dari saluran resmi PKS atau
berita-berita yang membela LHI.
Kenyataan yang terjadi
pada masyarakat tersebut tidak jauh berbeda dengan media. Media dengan
kepentingan, latar balakang pengelola, keinginan pasar juga memberikan warna
tersendiri bagi terbentuknya opini publik yang berkembang di masyarakat. Dengan
kata lain, media massa juga akan memilah dan memilih fakta-fakta di lapangan
yang bersesuaian dengan kecenderungan dirinya tersebut.
Karenanya, dalam kajian
ilmu politik awam dikatakan, “Lihatlah apa yang tidak dikatakan politisi, bukan
yang dikatakan”. Jadi, jika ada orang bilang, “Saya tidak korupsi”, belum tentu
faktanya ia tidak korupsi. Masyarakat harus dibiasakan melihat sesuatu yang
tidak diungkap.
Karena media massa
tidak akan terlepas dari kepentingan yang mengitarinya, masyarakat juga perlu
membiasakan diri melihat apa yang tidak dikatakan oleh media. Masyarakat perlu
disadarkan bahwa mereka perlu mengetahui ada apa dibalik pemberitaaan media. Sebab, media massa membawa beban berat yang
harus memberitakan ini dan tidak memberitakan yang itu.
Berdasar penelitian
saya yang kemudian dibukukan dalam Pers
dalam Lipatan Kekuasaan media massa kita sudah lama hidup dengan “budaya
briefing”, “budaya telepon”, “budaya memo”, lalu sekarang ada “budaya SMS” dan
macam-macam “budaya” dari media sosial. Budaya itu jelas akan membuat media
massa kita tidak memungkinkan untuk memberitakan kenyataan yang ada dari banyak
sisi. Padahal semua itu sangat ingin diketahui masyarakat luas. Dalam posisi
ini, masyarakat tidak perlu menyalahkan media, tetapi bagaimana menyikapi
pemberitaan secara cerdas, bahwa ada fakta yang luput atau tidak mungkin
diberitakan.
Kedudukan media massa
yang labil karena pengaruh kepentingan luar itu digunakan oleh jajaran elit
politik untuk membentuk opini publik. Tidak bisa dipungkiri bahwa
pernyataan-pernyataan para elite politik itu sangat berpengaruh pada
pembentukan opini publik di masyarakat. Anehnya, masyarakat sering menelan
mentah-mentah opini publik yang tersebar. Dan kondisi semacam ini memang
disengaja digunakan sebaik-baiknya oleh
elit politik itu untuk membangun opini publik.
Ersatz
Public Opinion
Kuatnya opini publik
yang memengaruhi masyarakat dan kelemahan yang ada pada media massa itu bukan
berarti bahwa opini publik itu membohongi. Opini publik tetap informasi yang mempunyai
dunianya sendiri. Jika opini publik dimunculkan lewat media massa, ia tetap
sebuah fakta berita. Hanya saja, fakta berita yang bukan kenyataan sebenarnya
sebagaimana apa adanya dalam dunia realitas.
Untuk lebih mudahnya
anggap saja yang beredar di sekitar kita itu ersatz public opinion (opini publik semu). Dengan pemahaman awal
seperti itu, masyarakat tentu tidak akan bingung mana opini yang benar dan mana
opini yang salah. Tidak ada yang benar dan tidak ada yang salah, yang ada
hanyalah semu.
Pemahaman seperti ini
akan diharapkan bisa mendorong masyarakat untuk tidak selalu percaya informasi
yang sampai kepadanya meskipun berasal dari sumber yang dia percaya. Masyarakat
perlu didorong untuk outward looking
(melihat keluar) atas persoalan yang berkembang. Pemahaman ini akan lebih
menyehatkan pemikiran kita daripada membabi buta memercayai opini publik yang
berkembang dan belum tentu jelas kebenaranya. Opini publik di sekitar kita masih
berada dalam tahap die luftartigen
position (opini publik masih semrawut seperti seperti angin ribut) belum
sampai pada die festigen position
(mantap dan benar adanya).
Yang jelas, opini
publik telah menjadi kekuatan kelima dunia, lepas dari benar tidaknya opini
yang berkembang. Jadi, jangan meremehkan opini publik.
By: Nurudin
Sumber: Jurnal Nasional, 10 April 2013
Type rest of the post here
Game Slot Gacor Hari Ini 14 November 2022 Rekomendasi dari OPERATOTO
Situs Judi Online Terpercaya Indonesia.
🎰Pasti Gacor - Pasti Bayar Bossku
🎰Proses Transaksi Cepat Tanpa Lambat
Keunggulan OPERATOTO Hadiah TERBESAR !
- ✅ Bonus New Member 20%
- ✅ Bonus Harian 5%
- ✅ Bonus Cashback 5%
- ✅ Bonus Rollingan 0.8%
- ✅ Bonus Rollingan Casino 0.8%
- ✅ Bonus Hadiah Togel Terbalik Lurus (4D/3D)
- ✅ LUCKY WHEELS - Berhadiah YAMAHA N MAX ABS | IPHONE 13
Social Media OPERATOTO
WA: +62 812 7718 1142
IG Offcial : operatoto_official
Daftar : linklist.bio/OperaSlot