Spencer Johnson dalam bukunya Who Moved My
Cheese? sungguh telah menggugah orang untuk memahami bahwa perubahan
merupakan hal terpenting dalam hidup ini. Dia bahkan sempat mengatakan, “Jika
Anda tidak berubah, Anda akan punah”.
Ini sama dengan pendapat pakar marketing Hermawan Karjajaya bahwa hanya
ada dua hal yang bisa mendorong kita untuk maju, yakni perubahan (changing)
dan perbedaan (difference).
Dalam bukunya yang termasuk best seller tersebut, sebenarnya Johnson hanya bercerita
saja. Tetapi, ceritanya sungguh punya enerji kuat yang bisa memengaruhi
kehidupan seseorang. Dengan kata lain, punya enerji yang mampu merangsang dan
menggerakkan orang untuk berbuat yang lain dari biasanya.
Ceritanya, ada empat tokoh yang sedang
terlibat dalam pencarian cheese (keju) di sebuah Labirin. Empat tokoh itu
diperankan oleh Hem (kaku), Haw (aman), Sniff (endus) dan Scurry (lacak). Hem dan Haw adalah dua kurcaci yang pintar
dengan otaknya hampir seperti manusia saat ini. Sedangkan Sniff dan Scurry adalah hanya dua ekor
tikus. Keempat makhluk ini dengan caranya masing-masing berkompetisi mencari cheese.
Sniff dan Scurry lebih banyak mengunakan
metode trial dan error. Mereka berlari ke satu lorong, dan jika
ternyata kosong, mereka akan berbalik dan mencari di lorong yang lain. Mereka
ini juga mengingat lorong mana saja yang tidak menyimpan cheese dan
cepat mencari lorong lain. Begitu
seterusnya.
Sama seperti tikus tersebut, kedua kurcaci
Hem dan Haw, juga menggunakan kemampuan berpikir dan belajar dari pengalaman
mereka untuk mengembangkan sebuah metode bagaimana mencari cheese. Kadang mereka berhasil, tetapi seringkali
emosi yang kuat mengaburkan cara mereka melihat suatu permasalahan. Yang jelas,
dua ekor tikus dan dua kurcaci mempunyai
cara masing-masing dalam mencari cheese.
Suatu hari sampailah Hem dan Haw ke sebuah cheese
station C. Mereka gembira sekali. Bahkan karena senangnya, mereka
memutuskan ingin menetap di daerah itu untuk membangun peradaban. Mereka sudah
cukup merasa puas dengan cheese yang berlimpah-limpah di tempat itu.
Karena mereka yang menemukan, stasiun itu dianggap milik mereka. Buntutnya,
mereka kemudian terjebak dalam kenyamanan sehingga tidak menyadari apa yang
terjadi pada diri dan sekitarnya. Mereka juga tidak memperhatikan
perubahan-perubahan kecil yang terjadi setiap hari. Seolah dalam otaknya
disimpulkan, cheese sudah tersedia di tempat itu selamanya.
Sementara itu, Sniff dan Scurry tetap
melakukan kegiatan rutin mereka mencari cheese. Mereka tiba pagi-pagi,
mengendus, mencakar, dan melacak daerah sekitar cheese station C. Mereka
melihat apakah ada perubahan yang terjadi dibanding kemarin. Baru kemudian
mereka memakan cheese yang
didapat. Dua tikus itu sadar bahwa simpanan cheese semakin hari semakin
menipis. Setelah itu mereka mencari cheese baru.
Lama kelamaan persediaan cheese di cheese
station C habis juga. Hem dan Haw bingung. Mereka menganalisis, mencari
sebab musabab, berdiskusi kenapa cheese-nya habis. Mereka
mengatakan ini tidak adil. Mereka berteriak-teriak, “Who moved my cheese? (siapa
memindahkan keju saya?)”. Kedua kurcaci itu terlibat dalam perdebatan, tetapi
mereka tidak berbuat apa-apa. Rasa takut pun kemudian muncul. Mereka terus
mengomel, mengutuk dan memprotes ketidakadilan yang menimpanya. “Who moved
my cheese?” kata mereka sambil kebingungan.
Sementara dua tikus itu terus bergerak cepat
dan bekerja keras. Mereka termasuk makhluk yang ingin terus berubah serta tak puas dengan keadaan. Akhirnya,
mereka sampai pada cheese station N yang
lebih banyak cheese dengan berbagai macam bentuk, lebih lezat dan lebih
baik dari pada di cheese station C. Meskipun sudah berlimpah cheese,
kedua tikus itu tetap waspada terhadap kemungkinan perubahan yang terjadi. Misalnya,
mereka selalu membaui cheese yang dimiliki, jangan-jangan sudah
bau. Kalau sudah bau, dia akan mencari cheese yang baru lagi.
Apa yang bisa kita petik dari cerita itu?
Tikus itu mau berubah, menyadari apa yang sedang terjadi di sekitarnya tanpa
terlena dengan cheese yang sudah didapat. Sementara dua kurcaci
itu terlena tanpa menyadari bahwa di sekitarnya terus berubah, dan cheese-nya
lambat laun akan habis pula. Dua kurcaci juga menjadi simbol makhluk yang
merasa lebih baik dan cerdas dari dua ekor tikus, tetapi salah dalam
mengantisipasi perubahan. Sementara dua ekor tikus dengan keluguannya, justru
punya daya antisipasi lebih baik. Dengan kata lain, cerdas bukan satu-satunya
jaminan kesuksesan seseorang.
Labirin (tempat dimana mereka berlomba
mencari cheese) adalah sebuah perumpamaan tempat dimana Anda
menghabiskan waktu untuk mendapatkan apa yang diinginkan, bisa lingkungan atau
pekerjaan. Sementara cheese adalah perumpamaan akan hal-hal yang kita
inginkan dalam hidup ini, bisa pekerjaan, hubungan baik, uang, ketentraman
batin, dan lain-lain.
Lalu bagaimana dengan menulis? Kalau Anda
punya niat menulis dan tidak ditumbuhkan mulai sekarang, Anda akan tergilas
oleh zaman. Anda perlu mencontoh dua tikus itu. Dengan kepolosannya, tanpa
banyak omong dan berdebat dia bertindak untuk mencari cheese baru. Ini
namanya tikus itu mau berubah.
Jika Anda pun sudah bisa menulis artikel
tanpa mau berubah (misalnya mengasah terus kelihaian penulisan, membaca,
mendengarkan) maka ibarat Anda seperti dua kurcaci itu. Anda sudah merasa
nyaman dengan kemampuan menulis sekarang, sementara lingkungan sekitar Anda
terus berubah. Dan banyak orang yang terus berubah pula. Kalau begini terus,
suatu saat nanti, Anda baru sampai ke “stasiun C” sementara yang lainya sudah
sampai ke “stasiun N”. Kenapa? Mereka mau berubah karena lingkungan sekitar itu
terus berubah pula.
Maka lakukan
sekarang, Anda akan berubah di suatu saat nanti. Anda perlu melihat dunia
sekitar yang terus berubah. Jadi, prinsipnya adalah jangan takut berubah. Sama
seperti nasihat Johnson, “Perubahan selalu terjadi, maka Anda harus memindahkan
cheese. Antisipasi perubahan, siaplah jika cheese dipindahkan.
Semakin cepat Anda melupakan cheese lama, semakin cepat pula Anda
menemukan cheese baru”.
Jadi Anda
bisa mengambil contoh dari empat makhluk yang digambarkan Spencer Johnson, Hem,
Haw, Sniff atau Scurry. Hem adalah tipe orang yang menolak serta mengingkari
adanya perubahan karena takut perubahan akan mendatangkan sesuatu yang buruk.
Haw tipe orang yang baru mencoba beradaptasi jika ia melihat perubahan
mendatangkan sesuatu yang lebih baik. Sniff adalah orang yang mampu mencium
adanya perubahan dengan cepat. Sedangkan Scurry menggambarkan orang yang segera
bergegas mengambil tindakan (ada atau tanpa ada perubahan).
Bagian
manapun yang kita pilih itu, kita mempunyai ciri yang sama; kebutuhan untuk
menemukan jalan dalam “labirin” dan
sukses mengatasi perubahan yang kita hadapi.
Nah, berubah itu sangatlah perlu. Berubah di sini
artinya juga Anda perlu mencontoh semangat dua ekor tikus yang ingin berubah
dari nasib sebelumnya. Tikus itu tentu
tak akan bisa menemukan stasiun cheese N kalau tidak mau berubah dan
terus mencari. Kalau tidak, Anda hanya akan menjadi seperti kurcaci saja.
Mereka pintar tapi tak mampu menggunakan kekuatan kepintarannya. Anda perlu
mengubah nasib Anda dari tidak bisa menulis artikel menjadi bisa. Atau, kalau
Anda sudah mahir jangan terlena. Perubahan di sekitar Anda sedemikian cepat. Nah
sekarang, apakah Anda siap untuk
berubah? Berubah sekarang atau tidak sama sekali. Jika tidak, silakan minggir
sebelum Anda nanti dipinggirkan.
Baca lebih lengkap dalam buku: Jurus Jitu Nulis Artikel yang Baik dan Benar (Ghalia, Jakarta)
Comments :
0 comments to “Hidup Ini Terus Berubah, Segeralah Menulis ”
Posting Komentar