Senin, Januari 29, 2018

Donald Trump dan Komodifikasi Pesan Politik


Oleh Nurudin
Bontang Post, 21 Desember 2017

Pernyataan Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel menyentak dunia. Tidak saja karena konflik Palestina-Israel yang terus berkepanjangan, tetapi usaha untuk mendamaikan kedua negara itu dan kawasan Timur Tengah akan semakin sulit. Bagaimana pun juga Trump sudah mengeluarkan pernyataan, sementara masyarakat dunia dibuat sibuk dari buntut pernyataanya itu.
Sebagai seorang presiden, pernyataan tersebut tentu bukan sesuatu yang dikatakan spontan. Trump tentu sudah berhitung bahwa pernyataannya akan menimbulkan kontroversi. Sebagai sebuah negara yang merasa menjadi polisi dunia, ia seolah merasa bisa berbuat apa saja.
Tulisan ini tidak akan membahas apa dampak dari pernyataan presiden dari partai Republik itu, tetapi akan mengamati dari sisi pesan komunikasi politik. Tidak bisa dipungkiri, apa yang diucapkan itu bentuk lain dari komodifikasi pesan komunikasi dalam usaha meraih kekuasaan  politiknya.



Komodifikasi
Secara harfiah, komodifikasi secara ringkas berarti proses transformasi barang dan jasa yang semula dianggap karena punya nilai guna (use value) diubah menjadi nilai tukar (exchange value) atau komoditas sebab mendatangkan keuntungan. Sebuah air minum bernilai guna untuk menghilangkan dahaga, namun jika sudah dikemas akan menjadi nilai tukar bernilai ekonomis, misalnya air mineral atau minuman dalam botol lainnya. Jadi komodifikasi tidak hanya melekat pada ajaran agama, media massa, tetapi juga pesan-pesan politik, tak terkecuali juga gagasan -- asal mempunyai nilai ekonomis.
 Contoh sederhananya saja begini; jika media massa telah mengalami komodifikasi ia akan hadir hanya untuk mencari keuntungan ekonomis. Segala cara akan dilakukan untuk mendatangkan apa saja, kalau perlu dengan mengorbankan segala cara. Produk acara televisi, termasuk acara keagamaan, sekarang juga sudah mengalami komodifikasi, hanya untuk keuntungan ekonomis media itu sendiri. Tak heran jika banyak artis menjadi ustadz hanya karena punya retorika mencukupi dan wajah yang menarik. Soal ide tema keagamaannya bisa dicari di berbagai sumber.

Nilai Tukar
Lalu apa kaitannya dengan pernyataan seorang Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel? Di atas tadi kita berbicara mengenai barang dengan nilai guna dan nilai tukar. Anggap saja presiden Trump itu barang, tentu saja ia mempunyai nilai guna dan nilai tukar. Sebagai seorang presiden negara yang menyebut dirinya Super Power ia punya nilai guna yang sangat tinggi. Misalnya, ia harus mengantar rakyat Amerika ke kehidupan yang modern, beradab, demokratis, makmur dan atribut ideal lainnya. Ia juga dipilih untuk memperjuangkan kepentingan-kepentingan ideal bangsa Amerika. Sebagai barang, ia mempunyai nilai guna yang sangat tinggi, entah berapa harganya kalau dijual.
Namun demikian,  sebagai presiden ia juga bisa  memosisikan dirinya sebagai barang yang mempunyai nilai tukar. Apa yang dilakukannya bisa diperhitungkan dengan keuntungan ekonomis. Barang itu akan bisa dipakai untuk barter dengan barang lain jika sama-sama memberikan keuntungan. Sebut saja barang bernama presiden itu penuh dengan kepentingan-kepentingan komodifikasi. Maka, apa yang dilakukan presiden harus mendatangkan keuntungan, termasuk isi barangnya (baca: pernyataan).
Salah satu orientasi pada barang yang telah terkomodifikasi adalah orientasi pada tujuan ekonomis. Dalam tataran makro, pernyataan Trump itu sebuah komoditas yang bernilai ekonomis. Seorang presiden tentu bukan  sekadar hanya berupa barang fisik seperti sepeda motor atau mobil. Sebagai presiden ia adalah benda yang mewakili sebuah negaranya untuk mencapai tujuan atau   mewakili kepentingan-kepentingan bangsa Amerika. Kepentingan ini jelas ideal, tetapi manakala sudah berproses menjadi nilai tukar, barang itu (sebut saja pernyataan) akan ditukar dengan apa saja dengan cara apa saja dan untuk tujuan kepentingan apa saja. Sebut saja, kepentingan terselubung dan melawan nilai-nilai kemanusiaan pun akan dilakukan untuk mencapai tujuan ekonomis.
Sebagai sebuah barang, apalagi barang itu dimiliki orang lain, maka apa yang dilakukannya tergantung kepentingan yang punya barang. Bisa jadi Donald Trump hanya sekadar menjadi penyampai pesan, sementara pesan aslinya milik orang-orang yang berkepentingan di belakangnya.

Pesan Politik
Dalam dinamika politik, sebuah pernyataan yang mengalami komodifikasi akan mempunyai beberapa konsekuensi antara lain; pertama, orang akan menghalalkan segala cara untuk meraih tujuan.  Trump tentu sudah berpikir bahwa dampak pernyataannya akan sangat luar biasa. Apa yang dinyatakan tentu sudah dipertimbangkan hanya akan memperparah konflik Israel-Palestina. Namun demikian ia tidak peduli apakah buntut pernyataannya itu mengorbankan banyak jiwa di pihak Palestina. Karena selama ini AS mendukung Israel, segala cara pun akan dilakukannya. Intinya satu, yang penting Israel menang. Tentu akan lain persoalannya jika bentuk dukungannya itu membuat Israel merugi.
Kedua, komodifikasi pesan politik adalah sikap mau menang sendiri. Pernyataan Trump yang sudah mengalami komodifikasi itu tentu tidak akan mempedulikan kepentingan mayoritas bangsa di dunia ini seandainya ia diprotes. Ia menganggap bahwa bangsanya adalah bangsa besar, tidak boleh ada negara atau kelompok lain yang boleh menentangnya. Karena Palestina selama ini berseberangan dengan Amerika (terlebih didukung oleh mayoritas Muslim di dunia ini), maka itu harus dilawan. Tak boleh ada polisi dunia lain yang ikut mengaturnya, kecuali Amerika. Ini adalah cermin perilaku mau menang sendiri.
Pelajaran yang bisa kita petik adalah bahwa pesan-pesan politik selamanya penuh dengan tujuan-tujuan terselubung. Dalam ilmu komunikasi, sebuah pesan tidak bisa dilihat dari apa yang diucapkan saja, tetapi perlu dicermati dari apa yang tidak dikatakan. Disamping itu, sebuah pesan politik bisa jadi diucapkan untuk meraih tujuan-tujuan terselubung lain dalam wilayah yang lebih luas. Tujuannya tetap satu yakni meraih tujuan dengan menghalalkan segala cara. Maka, jangan sekali-kali mudah percaya pada pesan-pesab politik seorang politisi.  




Type rest of the post here

Comments :

0 comments to “Donald Trump dan Komodifikasi Pesan Politik”