Oleh Nurudin
(Koran Sindo, 13 Januari 2018)
Presiden Joko Widodo pernah berharap
agar bangsa ini mengedepankan karakter
keindonesiaan dalam berpolitik. Karakter keindonesiaan itu satu diantaranya
adalah tidak saling menjelekkan dan tak saling mencela. Dalam berpolitik, seharusnya
beradu track record, program, ide dan
rencana-rencana cerdas ke depan.
Kegalauan presiden itu tentu saja
mewakili masyarakat yang peduli untuk kemajuan Indonesia yang lebih baik di
masa datang. Bisa jadi pula, kegelisahan presiden juga mencemaskan masyarakat
dan bangsa ini menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak dan
Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Sebagai orang yang peduli, apapun
profesinya, setidaknya kita harus ikut andil bagian dalam usaha mengatasi
kegiatan-kegiatan yang mengarah pada keburukan di masa datang. Ini penting
dikemukakan karena bangsa ini belum pernah punya sejarah atau juga tak mau
belajar sejarah bahwa mengedepankan individu dan kelompok dalam setiap
kompetisi politik justru merugikan generasi masa datang.
Salah satu yang dicemaskan
masyarakat adalah munculnya kampanye hitam (black
campaign). Kampanye hitam tentu berbeda dengan kampanye negatif (negative campaign). Kampanye hitam
adalah kampanye yang menonjolkan sisi buruk seseorang atau kelompok tanpa pernah
dilakukan. Misalnya, seseorang tidak pernah melakukan selingkuh terus
diberitakan dan direkayasa sedemikian rupa seolah dia pernah selingkuh.
Sementara itu, kampanye negatif
adalah kampanye tentang sisi negatif seseorang atau kelompok karena memang ia
pernah melakukannya. Misalya, seseorang itu pernah melakukan perselingkuhan,
saat ia akan menjadi calon kepala daerah tiba-tiba muncul foto mesranya dengan
selingkuhannya itu. Orang yang menyebar ini sedang melakukan kampanye negatif.
Jadi, perilaku yang diituduhkan dalam kampanye negatif itu pernah dilakukan,
sementara kampanye hitam tidak pernah dilakukan. Tujuannya sama, menyerang
seseorang secara buruk. Kampanye hitam pun menjadi fokus utama Kominfo dalam menyambut
hiruk pikuk Pilkada serentak tahun 2018.
Tidak bisa dipungkiri, dalam suhu
politik saat ini masing-masing pihak
melakukan berbagai upaya untuk memenangkan kompetisi. Dengan belum dewasanya
perilaku demokratis bangsa dan masyarakat, kampanye hitam akan terus
bermunculan. Kita akan melihat dari sisi lain fenomena kampanye hitam yang
dicemaskan pemerintah.
Lepas dari pro dan kontra, kampanye
hitam adalah bentuk perlawanan atas sebuah dominasi atau usaha untuk merebut
dominasi, bahkan untuk mempertahankan dominasi. Ini akan terus tumbuh, karena
politik itu urusannya merebut dan mempertahankan kekuasaan. Di sinilah kampanye
hitam menemukan penyalurannya.
Orang Kalah
Mengapa kampanye hitam meskipun
dilarang dan juga punya dampak buruk terus dilakukan? Sebenarnya, kampanye
hitam itu adalah bentuk perlawanan orang-orang kalah. Kelompok ini tentu tidak
akan bisa terang-terangan berkompetisi secara sehat. Yang dilakukan adalah
tetap melawan dengan berbagai cara agar tujuannya tercapai. Bentuk-bentuk
perlawanan orang-orang kalah ini sama dengan cerita yang dilakukan oleh para
petani atas ketidakadilan yang dilakukan oleh majikan.
Ini tentu tidak mengatakan bahwa
perlawanan orang-orang kalah dengan kampanye hitam itu akibat ia tertimpa
ketidakadilan. Mereka melawan bukan karena ketidakadilan tetapi yang penting
melawan. Bahkan kelompok mapan dan berkuasa pun bisa melakukan perlawanan dengan
memakai kampanye hitam pula.
Kaitannya dengan perlawanan orang-orang kalah,
kita diingatkan pada penelitian yang pernah dilakukan oleh James C Scott
(1985). Dalam bukunya Weapons of The Weak: Everyday Forms of
Peasant Resistance, ia meneliti petani miskin di Sedaka, Malaysia ini
menunjukkan pertarungan antar kelas kaya (pemilik lahan) dan miskin (petani).
Sebagai kaum kaya, para pemilik
lahan merasa bisa berbuat apa saja para buruh taninya. Dari sini muncul
ketidakadilan yang dirasakan kaum petani. Karenanya, muncullah perlawanan dari
para petani miskin itu. Tentu saja, bentuk perlawanannya bukan perlawanan yang
berhadap-hadapan dan radikal karena petani bisa akan kalah, sementara itu
petani dalam posisi tergantung.
Maka, bentuk-bentuk perlawanan yang
dilakukannya adalah dengan cara memfitnah, menggunjing dan gosip yang berusaha
untuk merusak nama baik majikan. Juga ada julukan-julukan kasar, gerakan tubuh
yang bermaksud merendahkan. Adapun senjata ampuh yang mereka gunakan antara lain
berpura-pura sakit, memperlambat pekerjaan, mencuri, pembakaran, menyerobotan,
pura-pura tidak tahu padahal tahu dan melarikan diri.
Secara hukum positif, tindakan kaum
miskin petani itu jelas salah. Namun ketidakadilan yang menimpa mereka dari
kaum kaya juga tidak bisa dibiarkan saja. Untuk melakukan perlawanan fisik
jelas tidak bisa, sementara itu jika ketidakadilan dibiarkan akan semakin
merajalela dan sangat merugikan petani. Maka, petani tetap mengadakan
perlawanan dengan “kekuatan” yang mereka punya. Maka, perlawanan petani itu
khas perlawanan orang-orang lemah karena tidak ada jalan formal lain untuk
melakukan pertentangan.
Orang Kalah Modern
Gambaran tentang kasus petani di
atas adalah khas bentuk perlawanan orang-orang kalah. Kalah dalam hal ini tidak
berkonotasi secara kekuasaan kalah, tetapi tidak ada cara sportif yang bisa
dilakukan. Politik di Indonesia adalah soal menang-kalah. Karenanya, apapun
akan dilakukan. Orang-orang yang percaya diri akan melakukan kampanye dengan
cara elegan. Sementara itu, mereka yang tidak punya cara yang elegan, karena
tujuannya menang, akan melakukan kampanye hitam.
Catatan menarik dari kasus kampanye
hitam adalah bahwa bangsa ini mayoritas masih menjadi orang-orang kalah. Sebab
kampanye hitam hampir dilakukan oleh semua komunitas masyarakat untuk
memenangkan kompetisi. Orientasi pada tujuan telah mengalahkan akal sehat yang
tidak bermanfaat untuk anak cucu kita. Tak heran jika banyak Partai Politik
(Parpol) miskin kaderisasi dengan mencalonkan bukan kader partai. Kalau sudah
begini, kampanye hitam akan menjadi pemandangan setiap kompetisi politik di
Indonesia. Sebut saja, bangsa ini bermental
bangsa kalah dengan baju modern.
Type rest of the post here
Do you realize there's a 12 word sentence you can tell your crush... that will trigger intense emotions of love and impulsive attractiveness to you deep within his heart?
That's because hidden in these 12 words is a "secret signal" that triggers a man's impulse to love, treasure and guard you with all his heart...
12 Words That Fuel A Man's Desire Instinct
This impulse is so hardwired into a man's brain that it will drive him to try harder than before to take care of you.
In fact, triggering this mighty impulse is absolutely binding to getting the best ever relationship with your man that the instance you send your man one of these "Secret Signals"...
...You'll soon notice him open his mind and heart to you in a way he never expressed before and he'll recognize you as the one and only woman in the world who has ever truly fascinated him.