Senin, Januari 29, 2018

Kampanye Hitam dan Cerita Orang-Orang Kalah

Oleh Nurudin
(Koran Sindo, 13 Januari 2018)

Presiden Joko Widodo pernah berharap  agar bangsa ini mengedepankan karakter keindonesiaan dalam berpolitik. Karakter keindonesiaan itu satu diantaranya adalah tidak saling menjelekkan dan tak saling mencela. Dalam berpolitik, seharusnya beradu track record, program, ide dan rencana-rencana cerdas ke depan.

Kegalauan presiden itu tentu saja mewakili masyarakat yang peduli untuk kemajuan Indonesia yang lebih baik di masa datang. Bisa jadi pula, kegelisahan presiden juga mencemaskan masyarakat dan bangsa ini menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak dan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.



Sebagai orang yang peduli, apapun profesinya, setidaknya kita harus ikut andil bagian dalam usaha mengatasi kegiatan-kegiatan yang mengarah pada keburukan di masa datang. Ini penting dikemukakan karena bangsa ini belum pernah punya sejarah atau juga tak mau belajar sejarah bahwa mengedepankan individu dan kelompok dalam setiap kompetisi politik justru merugikan generasi masa datang.
Salah satu yang dicemaskan masyarakat adalah munculnya kampanye hitam (black campaign). Kampanye hitam tentu berbeda dengan kampanye negatif (negative campaign). Kampanye hitam adalah kampanye yang menonjolkan sisi buruk seseorang atau kelompok tanpa pernah dilakukan. Misalnya, seseorang tidak pernah melakukan selingkuh terus diberitakan dan direkayasa sedemikian rupa seolah dia pernah selingkuh.
Sementara itu, kampanye negatif adalah kampanye tentang sisi negatif seseorang atau kelompok karena memang ia pernah melakukannya. Misalya, seseorang itu pernah melakukan perselingkuhan, saat ia akan menjadi calon kepala daerah tiba-tiba muncul foto mesranya dengan selingkuhannya itu. Orang yang menyebar ini sedang melakukan kampanye negatif. Jadi, perilaku yang diituduhkan dalam kampanye negatif itu pernah dilakukan, sementara kampanye hitam tidak pernah dilakukan. Tujuannya sama, menyerang seseorang secara buruk. Kampanye hitam pun menjadi fokus utama Kominfo dalam menyambut hiruk pikuk Pilkada serentak tahun 2018.
Tidak bisa dipungkiri, dalam suhu politik saat ini  masing-masing pihak melakukan berbagai upaya untuk memenangkan kompetisi. Dengan belum dewasanya perilaku demokratis bangsa dan masyarakat, kampanye hitam akan terus bermunculan. Kita akan melihat dari sisi lain fenomena kampanye hitam yang dicemaskan pemerintah. 
Lepas dari pro dan kontra, kampanye hitam adalah bentuk perlawanan atas sebuah dominasi atau usaha untuk merebut dominasi, bahkan untuk mempertahankan dominasi. Ini akan terus tumbuh, karena politik itu urusannya merebut dan mempertahankan kekuasaan. Di sinilah kampanye hitam menemukan penyalurannya.

Orang Kalah
Mengapa kampanye hitam meskipun dilarang dan juga punya dampak buruk terus dilakukan? Sebenarnya, kampanye hitam itu adalah bentuk perlawanan orang-orang kalah. Kelompok ini tentu tidak akan bisa terang-terangan berkompetisi secara sehat. Yang dilakukan adalah tetap melawan dengan berbagai cara agar tujuannya tercapai. Bentuk-bentuk perlawanan orang-orang kalah ini sama dengan cerita yang dilakukan oleh para petani atas ketidakadilan yang dilakukan oleh majikan.
Ini tentu tidak mengatakan bahwa perlawanan orang-orang kalah dengan kampanye hitam itu akibat ia tertimpa ketidakadilan. Mereka melawan bukan karena ketidakadilan tetapi yang penting melawan. Bahkan kelompok mapan dan berkuasa pun bisa melakukan perlawanan dengan memakai kampanye hitam pula.
 Kaitannya dengan perlawanan orang-orang kalah, kita diingatkan pada penelitian yang pernah dilakukan oleh James C Scott (1985).  Dalam bukunya Weapons of The Weak: Everyday Forms of Peasant Resistance, ia meneliti petani miskin di Sedaka, Malaysia ini menunjukkan pertarungan antar kelas kaya (pemilik lahan) dan miskin (petani).
Sebagai kaum kaya, para pemilik lahan merasa bisa berbuat apa saja para buruh taninya. Dari sini muncul ketidakadilan yang dirasakan kaum petani. Karenanya, muncullah perlawanan dari para petani miskin itu. Tentu saja, bentuk perlawanannya bukan perlawanan yang berhadap-hadapan dan radikal karena petani bisa akan kalah, sementara itu petani dalam posisi tergantung.
Maka, bentuk-bentuk perlawanan yang dilakukannya adalah dengan cara memfitnah, menggunjing dan gosip yang berusaha untuk merusak nama baik majikan. Juga ada julukan-julukan kasar, gerakan tubuh yang bermaksud merendahkan. Adapun senjata ampuh yang mereka gunakan antara lain berpura-pura sakit, memperlambat pekerjaan, mencuri, pembakaran, menyerobotan, pura-pura tidak tahu padahal tahu dan melarikan diri.
Secara hukum positif, tindakan kaum miskin petani itu jelas salah. Namun ketidakadilan yang menimpa mereka dari kaum kaya juga tidak bisa dibiarkan saja. Untuk melakukan perlawanan fisik jelas tidak bisa, sementara itu jika ketidakadilan dibiarkan akan semakin merajalela dan sangat merugikan petani. Maka, petani tetap mengadakan perlawanan dengan “kekuatan” yang mereka punya. Maka, perlawanan petani itu khas perlawanan orang-orang lemah karena tidak ada jalan formal lain untuk melakukan pertentangan.

Orang Kalah Modern
Gambaran tentang kasus petani di atas adalah khas bentuk perlawanan orang-orang kalah. Kalah dalam hal ini tidak berkonotasi secara kekuasaan kalah, tetapi tidak ada cara sportif yang bisa dilakukan. Politik di Indonesia adalah soal menang-kalah. Karenanya, apapun akan dilakukan. Orang-orang yang percaya diri akan melakukan kampanye dengan cara elegan. Sementara itu, mereka yang tidak punya cara yang elegan, karena tujuannya menang, akan melakukan kampanye hitam.
Catatan menarik dari kasus kampanye hitam adalah bahwa bangsa ini mayoritas masih menjadi orang-orang kalah. Sebab kampanye hitam hampir dilakukan oleh semua komunitas masyarakat untuk memenangkan kompetisi. Orientasi pada tujuan telah mengalahkan akal sehat yang tidak bermanfaat untuk anak cucu kita. Tak heran jika banyak Partai Politik (Parpol) miskin kaderisasi dengan mencalonkan bukan kader partai. Kalau sudah begini, kampanye hitam akan menjadi pemandangan setiap kompetisi politik di Indonesia.  Sebut saja, bangsa ini bermental bangsa kalah dengan baju modern. 



Type rest of the post here

Comments :

1

Do you realize there's a 12 word sentence you can tell your crush... that will trigger intense emotions of love and impulsive attractiveness to you deep within his heart?

That's because hidden in these 12 words is a "secret signal" that triggers a man's impulse to love, treasure and guard you with all his heart...

12 Words That Fuel A Man's Desire Instinct

This impulse is so hardwired into a man's brain that it will drive him to try harder than before to take care of you.

In fact, triggering this mighty impulse is absolutely binding to getting the best ever relationship with your man that the instance you send your man one of these "Secret Signals"...

...You'll soon notice him open his mind and heart to you in a way he never expressed before and he'll recognize you as the one and only woman in the world who has ever truly fascinated him.

Blogger mengatakan...
on