Senin, Januari 29, 2018

Donald Trump dan Komodifikasi Pesan Politik


Oleh Nurudin
Bontang Post, 21 Desember 2017

Pernyataan Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel menyentak dunia. Tidak saja karena konflik Palestina-Israel yang terus berkepanjangan, tetapi usaha untuk mendamaikan kedua negara itu dan kawasan Timur Tengah akan semakin sulit. Bagaimana pun juga Trump sudah mengeluarkan pernyataan, sementara masyarakat dunia dibuat sibuk dari buntut pernyataanya itu.
Sebagai seorang presiden, pernyataan tersebut tentu bukan sesuatu yang dikatakan spontan. Trump tentu sudah berhitung bahwa pernyataannya akan menimbulkan kontroversi. Sebagai sebuah negara yang merasa menjadi polisi dunia, ia seolah merasa bisa berbuat apa saja.
Tulisan ini tidak akan membahas apa dampak dari pernyataan presiden dari partai Republik itu, tetapi akan mengamati dari sisi pesan komunikasi politik. Tidak bisa dipungkiri, apa yang diucapkan itu bentuk lain dari komodifikasi pesan komunikasi dalam usaha meraih kekuasaan  politiknya.
Readmore »»

Selasa, Oktober 31, 2017

Undang-Undang itu Mencerminkan Watak Rezim



     
         UU nomor 2 tahun 2017 menimbulkan pro dan kontra. Artikel ini tidak menganalisis pro dan kontra yang sudah politis itu, tetapi melihat dari sisi lain. Bahwa  produk aturan yang dikeluarkan negara mencerminkan watak pemerintahnya. Bahkan UU itu termasuk alat negara untuk mengendalikan dan mengatur kehidupan masyarakat. Bahkan UU dan aturan lain itu mencerminkan watak sebuah rezim
Readmore »»

Jumat, Oktober 27, 2017

Selamat Datang, Masyarakat Era Tahun 1930-an




Belakangan ini, saya sedikit risau dengan hiruk pikuk pembicaraan di masyarakat. Betapa masyarakat kita sangat riuh dengan hal yang sifatnya remeh-temeh dan tak subtansial berkaitan dengan isu di sekitar kita. Lihat saja isu soal pribumi, sebelumnya ada istilah populer ndeso, PKI, bani serbet, bumi datar, dan istilah-istilah lain yang cenderung sarkastis.

Kemudian, saya membuka buku karangan saya berjudul Pengantar Komunikasi Massa.  Saat membuka teori komunikasi massa, saya sempatkan membaca bagian yang membahas teori peluru (bullet theory) atau juga dikenal dengan teori jarum hipodermik (hypodermic needle theory). Setelah itu saya simpulkan bahwa keadaan masyarakat sekarang sama persis dengan yang terjadi pada tahun 30-an sampai 40-an saat Perang Dunia (PD). 

Readmore »»

Senin, Juli 24, 2017

Ayu Azhari dan Hizbut Tahrir Indonesia

          (Artikel ini dimuat Malang Post, 24 Juli 2017)

Saat pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) nomor 2 Tahun 2017 tentang Organisasi Kemasyarakatan, kemudian aturan itu digunakan sebagai dasar untuk membubarkan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), saya jadi ingat bintang film Ayu Azhari. Kita mungkin bertanya-tanya, apa kaitan antara HTI dengan Ayu Azhari?

Kita tidak melihat apakah ada kesejajaran antara kasus pembubaran HTI dengan Ayu Azhari, tetapi kita melihat dampak yang mungkin bisa ditimbulkan. Kontradiksi dan perdebatan perbandingan bisa jadi muncul; HTI organisasi berbasis keagamaan, sementara Ayu Azhari hanya seorang artis. Namun, keduanya punya kesamaan; pernah menjadi buah bibir dan pernah terkena pelarangan kaitannya dengan penggunaan hak masing-masing “profesinya”.

Ayu Azhari bisa jadi sama dengan kebanyakan artis di Indonesia, tetapi ia menjadi artis fenomenal karena pernah bermain film dengan artis “bule”. Lebih dahsyat lagi, ia pernah berani memerankan adegan telanjang dan seks dalam sebuah film yang pernah dibintanginya.

Readmore »»

Senin, Juni 19, 2017

Resensi Buku: Memahami Teknologi Komunikasi dari A-Z

Judul buku: Perkembangan Teknologi Komunikasi
Penulis: Nurudin
Penerbit: PT Raja Grafindo Persada
Edisi: I, April 2017
Tebal: vii-xv + 217
Peresensi: Mulyanto Utomo
Sumber: Solopos, 18 Juni 2017

Satu kalimat penting yang suka tidak suka atau senang tidak senang harus saya sepakati setelah membaca buku Perkembangan Teknologi Komunikasi tulisan Nurudin ini adalah:...sekuat apa pun kita menolak teknologi (komunikasi), pada akhirnya kita akan mengikutinya... itu!

Dalam Bab Implementasi Teknologi Komunikasi buku ini, Nurudin bercerita tentang bagaimana kawan dosennya yang semula berusaha keras untuk tidak memiliki akun facebook, akhirnya terjerumus juga. Bahkan dosen itu lebih khusuk ber-facebook ria dibanding kawan-kawannya yang bahkan sudah mulai bosan.

Menolak kehadiran teknologi (komunikasi) adalah sesuatu yang mustahil di era sekarang. Karena menurut Nurudin sistem sosial budaya di sekitar kita yang telah mengimplementasikan teknologi komunikasi jelas tidak bisa dilawan.

Cepat atai lambat, implementasi teknologi akan diterapkan di sekitar kita. Bukan kita ikut-ikutan, tetapi sistem di sekitar kitalah yang memaksa agar kita mengikutinya. Jika bersikeras menolak, maka konsekwensinya adalah Anda akan ketinggalan (halaman 76).

Readmore »»

Twitter

Followers

Statistik

Adakah nama Anda di sini?


 

Google Analytics